• Home
  • Daftar Isi

Putra Kelubir, Adalah Sebuah Blog Sederhana Yang Menyajikan Informasi, Pengetahuan, dan Link Download mp3 Lagu Daerah (Melayu) serta lagu-lagu Yelse (Slow Rock Indonesia).

Statik Kematian Akibat Aborsi

Aborsi pun akhirnya menjadi buah simalakama di Indonesia.Di sisi lain aborsi dengan alasan non medik dilarang dengan keras di Indonesia tapi di sisi lainnya aborsi ilegal meningkatkan resiko kematian akibat kurangnya fasilitas dan prasarana medis , bahkan aborsi ilegal sebagian besarnya dilakukan dengan cara tradisonal yang semakin meningkatkan resiko tersebut.

Angka kematian akibat aborsi mencapai sekitar 11 % dari angka kematian ibu hami dan melahirkan , yang di Indonesia mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup , sebuah angka yang cukup tinggi bahkan untuk ukuran Asia maupun dunia.

Tapi ada satu hal yang perlu di garis bawahi mengenai hal ini.Angka kematian akibat aborsi itu adalah angka resmi dari pemerintah, sementara aborsi yang dilakukan remaja karena sebagian besarnya adalah aborsi ilegal. Praktek aborsi yang dilakukan remaja sebagaimana dilaporkan oleh sebuah media terbitan tanah air diperkirakan mencapai
5 juta kasus per tahun, sebuah jumlah yang sangat fantastis bahkan untuk ukuran dunia sekalipun.Dan karena ilegal aborsi yang dilakukan remaja ini sangat beresiko berakhir dengan kematian.

Statistik aborsi di Indonesia
Frekuensi terjadinya aborsi sangat sulit dihitung secara akurat,
karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan – kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga perlu perawatan di Rumah Sakit.
Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Berarti ada 2.000.000 nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu.

Jumlah kematian karena aborsi melebihi kematian perang manapun
Data statistik mengenai kasus aborsi di luar negeri – khususnya di Amerika – dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control (CDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI).
Hasil pendataan mereka menunjukkan bahwa jumlah nyawa yang dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika – yaitu hampir 2 juta jiwa – lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam sejarah negara itu.

Sebagai gambaran, jumlah kematian orang Amerika dari tiap-tiap perang adalah:
1. Perang Vietnam – 58.151 jiwa
2. Perang Korea – 54.246 jiwa
3. Perang Dunia II – 407.316 jiwa
4. Perang Dunia I – 116.708 jiwa
5. Civil War (Perang Sipil) – 498.332 jiwa

Secara total, dalam sejarah dunia, jumlah kematian karena aborsi jauh melebihi jumlah orang yang meninggal dalam semua perang jika digabungkan sekaligus.

Jumlah kematian karena aborsi melebihi semua kecelakaan
Menurut James K. Glassman dari The Washington Post pada tahun 1996, jumlah kematian akibat aborsi 10 kali lebih banyak daripada semua kecelakaan yang masih ditambah kasus bunuh diri maupun pembunuhan.

Data kecelakaan di Amerika menunjukkan:
1. Kecelakaan karena jatuh – 12.000
2. Kecelakaan karena tenggelam – 4.000
3. Kecelakaan karena keracunan – 6.000
4. Kecelakaan mobil – 40.000
5. Bunuh diri – 30.000
6. Pembunuhan – 25.000

Jumlah kematian karena aborsi selalu melebihi kematian karena kecelakaan, bunuh diri ataupun pembunuhan – di seluruh dunia.

Jumlah kematian karena aborsi melebihi segala penyakit
Daniel S. Green dari Washington Post mengatakan bahwa pada tahun 1996, di Amerika setiap tahun ada 550.000 orang yang meninggal karena kanker dan 700.000 meninggal karena penyakit jantung.
Jumlah ini tidak seberapa dibandingkan jumlah kematian karena aborsi yang mencapai hampir 2 juta jiwa di negara itu.

Secara keseluruhan, di seluruh dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang paling utama dibandingkan kanker maupun penyakit jantung.

Inilah salah satu Berita yang bersumber dari Koran Kaltim tentang kematian akibat aborsi. Berita ini dipostkan pada tanggal 23 Juni 2011. Sang korban adalah Ela Nurwanti (21) seorang Mahasiswi Universitas Mulawarman (Unmul) Fakultas FKIP Jurusan Fisika semester 7. Inilah berita Selengkapnya.

Sebelum Tewas, Ela Mengeluh di Facebook

Sudah 23 Tahun Ngatiyem Jadi Dukun Beranak
Sebelum tewas Sabtu malam lalu (18/6) karena pendarahan hebat seusai aborsi, Ela Nurwanti (21) seorang Mahasiswi Universitas Mulawarman (Unmul) Fakultas FKIP Jurusan Fisika semester 7, sempat mengeluhkan rasa sakitnya lewat jejaring sosial Facebook (FB) miliknya pada Jumat malam (17/6) pukul 20.00. Diyakini ia menulis status di FB sesaat setelah ia pulang dari rumah Ngatiyem, seorang dukun beranak yang menjalankan praktek aborsi di Jl Provinsi RT 19 Kelurahan Makroman Samarinda.
Dari penelusuran Koran Kaltim, akun FB milik Ela bernama Cie LaLa' Poethree Sunda. Terakhir kali ia memperbarui status FB pada Jumat malam dengan menulis “Q sakit...” atau “aku sakit”.
Dari hasil pemeriksaan Polres Kukar terhadap pacar Ela, Deni Nurzaman (25) yang sudah berstatus sebagai tersangka bersama Ngatiyem, ia membenarkan bahwa Jumat sore pukul 16.00 pacarnya tersebut datang ke rumah Ngatiyem untuk aborsi. Saat itu Deni berada di Melak Kubar untuk bekerja.
Satu jam kemudian Deni mendapat SMS dari Ela yang mengabarkan kalau ia sudah selesai dan hendak pulang ke rumah paman Deni, Sukardi (52) di Desa Sidomulyo RT 14, Kecamatan Anggana Kukar.
Pukul 18.18, Deni yang di FB memiliki akun bernama Deny Lodaya Siliwangi, memperbarui status FB-nya dengan menulis “Ya Allah berikan keselamatan buat orang yang sangat aku sayang”.
Sesampai di rumah Sukardi, Ela dan Deni masih kontak melalui ponsel. Ela bercerita selama di rumah Ngatiyem yang akrab disapa Mamak Uut oleh tetangga dan pasiennya itu, memijat-mijat perutnya dan memasukkan semacam lidi ke dalam kemaluan. Proses hanya berlangsung sekitar sejam. Saat selesai, Ela membayar Rp3 juta kepada Mamak Uut.
Esok paginya, Sabtu (18/6) pukul 10.00, Ela mengirim SMS kepada Deni mengeluh kemaluannya terus mengeluarkan darah. Deni menyarankan Ela segera ke rumah sakit. Tapi saran ini tidak ditanggapi oleh Ela. Sabtu malam pukul 21.00, Deni menelepon Ela yang mengeluh dari seberang bahwa ia sedang sakit dan ingin tidur.
Deni kembali menghubungi pacar yang ia kenal lewat chatting di internet tersebut hari Minggu (19/6) pukul 08.00, tapi tak ada jawaban. Karena resah, Deni menghubungi ponsel Nurina (24), salah satu kerabatnya yang tinggal tak jauh dari rumah Sukardi.
Nurina dan Sukardi lalu mencoba memanggil Ela dari luar pintu kamar tidur, namun tak kunjung dibuka. Mereka kemudian berinisiatif mendobrak pintu.
Betapa kagetnya ketika mereka melihat Ela tidak sadarkan diri tanpa busana dan hanya menggunakan celana dalam dan selimut. Keduanya mengaku menemukan Ela sudah dalam keadaan tak bernyawa. Mereka langsung memanggil warga setempat dan polisi untuk meminta bantuan.
“Saya takut, saya langsung menghubungi Nurina dan meminta tolong menjenguk pacar saya di dalam kamar, takutnya pingsan. Setelah beberapa lama, saya telepon lagi dan Nurina mengatakan pacar saya sudah meninggal dunia,” ucapnya kepada Koran Kaltim kemarin.
Deni mengaku dikabari bahwa Ela hamil pada 31 Mei lalu, saat itu usia kandungan Ela sudah 3 bulan. Ela memaksa Deni mencarikannya orang yang bisa menggugurkan kandungannya. Deni kemudian menghubung seorang temannya, Endang, yang konon tahu tempat aborsi di Samarinda. Endang ini lah yang mengantarkan Deni dan Ela ke rumah Mamak Uut pada 2 Juni pagi.
Menghadap bertiga kepada Mamak Uut, Deni mengutarakan niatnya untuk mengugurkan hasil hubungan gelapnya yang ada di dalam kandungan Ela. “Waktu itu Mamak Uut bilang kalau mau menggugurkan kandungan, jangan datang ramai-ramai. Cukup saya dan Ela saja. Saya pun tidak boleh masuk kalau aborsi sedang dilakukan,” aku Deni.
Setelahnya mereka bertiga pamit. Tapi malam harinya Deni dan Ela datang lagi, namun kali ini hanya Ela yang masuk menemui Mamak Uut. Sejak berada di dalam, urusan selesai. Dalam perjalanan pulang Ela, warga Desa Krayan Makmur Long Ikis Kabupaten Paser tersebut mengaku hanya dipijat oleh Mamak Uut dan diminta bayaran Rp50 ribu.
“Tapi pacar saya bilang, kalau mau aborsi harus bayar Rp3 juta,” terang Deni yang bekerja di sebuah perusahaan perkebunan di Melak tersebut.
Dalam keadaan sulit ini, pada hari Minggu 5 Juni, Deni meninggalkan Ela untuk bekerja di Melak. Ia hanya berpesan kepada Ela agar meminjam uang Rp1,5 juta dari pamannya, Sukardi. Sementara Rp1,5 juta sisanya memakai uang pribadi Ela.
Sepanjang tanggal 5 hingga hari aborsi dilakukan, Jumat 17 Juni, Ela rajin memperbarui status FB-nya. Pada 7 Juni ia menulis “Makin dirasakan, semakin sakit. Mencoba tidak dirasakan, tapi benar-benar sakit. Beri aku kekuatan ya Allah dalam menghadapi ujian ini, Amin.”
Pada 14 Juni ia menulis: “Maafkan aku mamah.”
Pada 16 Juni malam, ia kembali menulis: “Menjalani hari-hari terburukku tanpa dirimu. Ya Allah aku yakin aku mampu. Masih banyak sahabat-sahabat yang selalu peduli dan menyayangiku. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku yang selalu ada untukku. Aku sayang kalian semua.”
MENGAKU BARU SEKALI
Informasi yang dibeberkan tetangga Mamak Uut bahwa dukun beranak itu sudah mengaborsi ratusan janin dan ditanam di pekarangan belakang rumahnya, dibantah oleh Mamak Uut. Kepada polisi, wanita kelahiran Solo 1 Januari 1956 ini mengaku baru sekali ini saja menggugurkan kandungan pasien.
“Tapi kalau membantu orang melahirkan sudah sering,” ujarnya kemarin.
Ia mengaku awalnya tidak mau membantu menggugurkan kandungan Ela. Tapi saat itu Ela ngotot ingin kandungannya digugurkan. Selain karena ia masih kuliah, gadis berjilbab tersebut juga belum menikah, ditambah Deni belum punya pekerjaan mapan.
Kedatangan mereka kedua kalinya, Ela makin ngotot. Saat Mamak Uut memeriksa kandungannya, ternyata sudah berumur dua bulan.
“Dia ngaku sudah minum obat macam-macam dan takut anaknya cacat. Waktu itu saya belum gugurkan kandungannya, hanya periksa saja,” aku ibu lima anak tersebut.
Pada Jumat sore 17 Juni, Ela datang sendiri kepada Mamak Uut. Saat itulah aborsi dilakukan. Awalnya Uut mengoleskan minyak makan ke jari-jarinya dan memasukkan jari-jari tersebut ke dalam kemaluan Ela. Tapi karena Uut tak bisa menyentuh janin, maka Uut mengambil tangkai daun singkong yang kemudian dimasukkan ke dalam kemaluan Ela. Darah segar langsung mengucur dari dalam kandungan gadis itu. “Oroknya tidak mau keluar. Akhirnya dia minta pulang dan beri uang Rp3 juta,” jelas Uut.
Uang Rp3 juta itu ia pergunakan untuk berbelanja dan membayar kredit sepeda motor. Tangkai daun singkong yang dipakai sebelumnya, ia patahkan dan buang ke parit. Ia baru tahu pasiennya tewas saat ia ditangkap polisi pada Senin lalu.
Sementara itu, saat Koran Kaltim mengunjungi para warga yang tinggal di Jalan Provinsi, sebagian banyak tidak mengetahui apa yang dikerjakan Ngatiyem selama tinggal di Jalan Provinsi ini. Namun, sebagian warga beranggapan kalau memang benar Ngatiyem tersebut dikenal sebagai dukun aborsi, bahkan sudah ratusan janin yang dikubur dibelakang rumahnya. “Setahu saya, yang hanya dikubur di belakang rumah hanya janin yang umurnya hanya dibawah 6 bulan, tapi kalau sudah diatas 6 bulan disuruh bawa keluar saja,” kata seorang warga tersebut.
Sedangkan dari data yang diberikan Polsek Anggana kepada Koran Kaltim kemarin, Ngatiyem ternyata memiliki sertifikat dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (RI) Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat saat mengikuti penataran dukun bayi di Puskesmas Inpres Temindung yang dilaksanakan pada 18 Maret – 29 April 1987 dan kalau dihitung-hitung sejak terbitnya sertifikat ini, Ngatiyem sudah menjadi dukun bayi selama 23 tahun hingga saat ini.
”Kalau mengenai dugaan bahwa di belakang rumah pelaku terdapat ratusan janin yang dikuburkan, kami masih melakukan koordinasi dengan Polres Samarinda karena kediaman pelaku masuk wilayah Samarinda,” kata Kapolres Kukar AKBP Fadjar Abdillah didampingi Kasat Reskrim AKP Safi’I Nafsikin melalui Kapolsek Anggana AKP Supartono Sudin. (bio)

Sumber: aborsi.org, Koran Kaltim

Berkaitan dengan Statik Kematian Akibat Aborsi:

Share on :
Like This Page
0 Comments